MENGATASI PSIKOSOMATIS SAAT WABAH CORONA MELANDA

MENGATASI PSIKOSOMATIS SAAT WABAH CORONA MELANDA

Oleh: Meutia Ananda, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Seperti yang telah kita ketahui, rasakan, dan alami bersama. Virus Corona atau Covid 19 ini membawa perubahan yang sangat drastis bagi kehidupan manusia di sebagian besar Dunia. Virus ini membuat adat istiadat menjadi terhambat, dan halangan untuk menjalankan tradisi menjadikan frustasi. Kita yang dahulu selalu berjabat tangan saat bertemu handai taulan, sekarang kita hanya menyapa dari kejauhan. Kita hanya satukan tangan sebagai tanda penghormatan. Kita yang dahulu selalu berpelukan saat ikut merasakan kebahagiaan, saat ini kita juga hanya bisa berusaha memberikan kata – kata terbaik kita sebagai ganti ekspresi non verbal kita tersebut. Semua itu dengan harapan akan membuat senang dan menghormati lawan bicara. Yaa…kita memang makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari makhluk lainnya. Kita tidak dapat hidup sendiri…itulah kita. Sehingga perubahan ini mungkin terasa begitu menyiksa dan juga membuat kita terengah-engah beradaptasi. Akan tetapi…sampai kapan kita akan merasa seperti ini terus? Bukankah hal ini akan membuat kita stress?

Stres adalah keluhan umum yang kerap dirasakan banyak orang, terutama ketika menghadapi situasi penuh tekanan. Sebagian orang mungkin mampu mengatasi stres yang dialami. Stress dalam waktu lama merangsang tubuh untuk melepaskan kortisol (hormon stres) yang bisa menghambat pelepasan histamin dan respons peradangan untuk melawan zat asing. Akibatnya, seseorang yang mengalami stres rentan mengalami infeksi penyakit dan membuat luka juga sulit sembuh karena imunitas yang menurun. Oleh sebab itu, hati-hati jika stres dibiarkan karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatantermasuk gangguan psikosomatis. Psikosomatis merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh, walaupun tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisiknya. Pernah mengalami naiknya asam lambung secara tiba-tiba beberapa saat sebelum ujian jaman sekolah? Atau pernah mengalami sesak napas hingga asma ketika setiap kali akan tampil presentasi? Kalau pernah, itulah namanya gejala psikosomatis.

Kalau kita terlalu banyak mendapatkan informasi tentang berita Corona setiap hari dan setiap saat tanpa filter, lama kelamaan kita juga akan bisa menyikapi gejala fisik kita sebagai indikasi terkena Corona. Misalnya saat tenggorokan kita kering dan terasa tidak enak sehingga perlu batuk2, kita sudah langsung ketakutan akan terkena virus tersebut. Atau juga tiba – tiba setelah mendengar ataupun membaba berita – berita di media televisi, cetak dan visual kita merasa dada kita sesak. Lalu sedikit – sedikit kita ngecek suhu tubuh kita. Tiba – tiba kita merasakan pusing, kemudian kita menjadi cemas dan khawatir sehingga akan semakin kita rasakan pusing tersebut. Semakin takut kita, maka gejala sakit akan semakin terasa. Kita akan menjadi mudah merasa panik, marah, sensitif, tidak bergairah, menjadi lebih murung dan juga mudah curiga dengan orang lain terkait kesehatannya. Akibatnya kita menjadi mudah memberikan persepsi pribadi yang belum tentu benar juga. Kita akan mudah menolak orang di sekitar rumah kita karena kita berfikiran bahwa mereka jangan – jangan terinfeksi Corona. Oleh sebab itu kita perlu untuk menjaga diri kita dengan lebih kuat secara mental. Mental yang sehat yang dapat berfikir logis, memiliki suasana hati yang terkontrol, serta perilaku yang tidak mengancam diri dan juga orang lain.

Sebelum terlambat, lakukan beberapa langkah ini untuk mengurasi stress serta kecemasan hingga munculnya psikosomatis. Apa sajakah itu?

1.       Evaluasi Diri

Evaluasi diri. Coba pikirkan kembali apakah gaya hidup yang dilakukan selama ini cukup sehat dan berkualitas? Atau masih menyimpan perasaan-perasaan atau emosi negatif terkait masa lalu? Atau memasang target yang dianggap tidak realistis? Segera perbaiki hal ini apabila dirasa menjadi masalah.

2.       Menjadi Pribadi yang Lebih Terbuka

Ternyata langkah paling mudah untuk mengurangi kumpulan stres, dengan cara berbagi rasa. Terdengar sederhana, namun memang begitulah cara terbaiknya. Sesungguhnya manusia tidaklah didesain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Manusia itu Makhluk Sosial. Itu adalah hal yang positif apabila dapat menemukan seseorang yang dapat mendengarkan keluh kesah, teman, orangtua, psikolog, atau lainnya yang membuat nyaman. Yang dapat memberikan informasi yang relevan, faktual dan bukan informasi yang belum jelas asalnya. Namun saat social distancing seperti saat ini tentunya kita harus menjaga jarak terlebih dahulu secara fisik. Gunakanlah media online agar lawan bicara anda juga terjaga dan lebih nyaman. Hargai dan pikirkanlah kepentingan orang lain juga.

3.       Memperbaiki Kualitas Tidur

Kurangnya waktu tidur dan istirahat ditambah lagi dengan jarang terpapar sinar matahari pagi mengakibatkan kurang tercukupinya kadar endorfin dan vitamin D pada tubuh. Endorfin memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, atau kebahagiaan. Sedangkan Vitamin D dipercaya dapat membantu menstabilkan mood pada diri seseorang.

4.       Mulai Berolahraga

Men sana in corpore sano alias Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Dengan kita membiasakan melakukan olahraga, tubuh belajar beradaptasi dan terbiasa menghadapi ‘stress’ fisik dengan baik. Dengan adaptasi tersebut, maka tubuh kita pun dapat dengan mudah beradaptasi dan bertahan menghadapi tekanan lainnya.

5.       Melakukan Relaksasi Deep Breathing Exercise

Deep Breathing Exercise alias latihan pernapasan dalam adalah solusi yang dapat dilatih dan terapkan pada saat mengalami serangan psikosomatis. Metode pemanfaatannya butuh sobat latihan. Caranya adalah menarik nafas melalui hidung selama 3 hitugan, tahan di dada selama 4-6 hitungan sambil menaik dan mengencangkan kedua bahu, lalu keluarkan sebanyak 6-7 hitungan sambil menurunkan kedua bahu. Latihan lah metode tersebut setidaknya 1 menit dalam 1 hari agar bisa merasakan sendiri manfaatnya.

Saat nanti mengalami perasaan dag-dig-dug atau pun bentuk kecemasan lain kita tinggal menggunakan teknik bernafas tersebut untuk mengembalikan atau menetralkan kondisi psikologis. Terlihat sepele, namun bernafas merupakan anugerah Tuhan YME kepada kita, sepatutnya kita bersyukur dengan nikmat ini.

6.       Berdoa 

Hal yang paling penting dan lebih kuat untuk menghadapi stress dan psikosomatis, dengan berdoa  Mintalah dengan suara yang lembut kepada Tuhan YME untuk bisa menghadapi semua permasalahan. Terkadang, bisa saja Tuhan YME merindukan rintihan doa umat-Nya. Ungkapkan ketakutan kita, kecemasan kita, dan kegelisahan kita padaNYA. Maka tanpa kita sadari, ada kekuatan baru yang akan kita rasakan dalam seluruh jiwa raga kita setelahnya. Hal itu karena kita menyadari ada Zat yang Maha Agung sedang dekat dengan kita. Kita menjadi yakin ia akan menjaga kita. Inilah curhat yang paling ideal bagi jiwa dan raga kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *