Sumber: freepik.com
Oleh: Tri Sulastri
Anak merupakan amanah yang dipercayakan Tuhan kepada orang tua untuk merawatnya. Bagaimana anak itu hidup, tumbuh, dan berkembang menjadi tanggung jawabnya karena anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan.
Pada perkembangannya, anak-anak berusaha untuk memuaskan rasa ingin tahunya dengan mencoba segala sesuatu. Mereka menjadi cenderung aktif dan tidak bisa diam sehingga membutuhkan perhatian lebih yang seringkali melelahkan kedua orang tuanya.
Kelelahan yang didapati orang tua dari anaknya yang tidak diiringi oleh pengetahuan dan memahami pentingnya pola asuh dapat membawa orang tua pada perilaku kekerasan pada anak.
Salah satu contohnya, Sahabat Asisya mungkin sudah mendengar bahwa baru-baru ini kita digemparkan oleh kasus rukyah anak yang dianggap nakal hingga menewaskan anak tersebut. Orang tua anak tersebut mengklaim bahwa sang anak sangat sulit diatur sehingga memutuskan untuk merukyahnya dengan cara menenggelamkan sang anak.
Ironisnya, dilansir dari kompas.com, data yang diperoleh oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat sebanyak 4.116 kasus kekerasan anak pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2020 di Indonesia.
Tingginya angka kekerasan anak menunjukkan masih banyak orang tua yang belum memahami pentingnya pola asuh kepada anak. Pada masa anak-anak, mereka disebut sebagai usia golden age dimana mempengaruhi tumbuh kembangnya saat mereka dewasa nanti.
Trauma yang disebabkan oleh kekerasan baik fisik maupun verbal dari orang tua dapat mempengaruhi psikologis anak dalam perkembangannya.
Oleh sebab itu, berikut ini beberapa tips untuk menangani anak-anak tanpa menggunakan kekerasan, antara lain:
- Ciptakan komunikasi yang baik
Komunikasi sangat penting bagi sebuah hubungan, tak terkecuali antara orang tua dan anak. Jika mereka melakukan ‘kenakalan’, aturlah suasana hati anda dan bicarakan dengan baik tentang tindakannya. Katakan juga pada anak dengan sangat jelas tentang perilaku yang anda harapkan dan mengapa perilaku itu perlu dilakukan.
Komunikasi yang baik juga dapat menjadi cara untuk orang tua menunjukkan rasa kasih sayangnya. Dengan begitu, anak akan menjadi lebih percaya diri.
- Mengalihkan perhatian anak
Pada usia anak, perhatian mereka seringkali mudah untuk dialihkan. Ketika orang tua melihat anak sudah mulai menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan, orang tua dapat mencoba untuk menawarkan kegiatan yang lebih menarik bagi mereka.
Contohnya seperti berjalan-jalan di sekitar rumah atau melakukan permainan yang disukainya. Tapi ingat tetap dampingi mereka selama mereka bermain.
- Berikan peringatan dengan baik
Perhatikan nada bicara anda ketika melakukannya. Peringatan seperti “Jangan berantakin mainannya!” mungkin hanya akan membuat anak berhenti melakukannya pada saat itu dan mengulanginya di lain waktu.
Cobalah untuk menggunakan kalimat positif dan jelas apa yang kita peringkatkan seperti, “Tolong simpan mainanmu dengan rapi di lemari ya!”
- Berikan contoh sesuai dengan apa yang anda ajarkan
Anak-anak cenderung untuk meniru perilaku yang ditunjukkan orang sekitarnya. Maka berhati-hatilah ketika orang tua berada di depan anak. Jika anda mengajarkan anak untuk tidak berbicara kasar maka terapkan peraturan itu pada diri anda.
Hal ini juga dilakukan agar tidak terjadi kebingungan pada diri anak untuk menentukan mana yang baik untuk dilakukan dan tidak.
- Mengajarkan konsekuensi
Ketika anak menunjukkan sikap yang berlawanan dengan keinginan orang tua, rasanya mungkin akan sangat sulit untuk bersikap tenang. Maka hukuman menjadi alternatif termudah agar anak tidak melakukannya.
Namun, dengan adanya hukuman, anak akan mengembangkan rasa takut dan berdampak pada turunnya harga diri sang anak. Apalagi, jika orang tua memberikan hukuman tanpa penjelasan terhadap konsekuensi perilaku mereka.
Konsekuensi dapat membantu anak dalam mengembangkan tanggung jawab dan disiplinnya. Salah satu konsekuensi yang dapat anda berikan ialah dengan mengambil apa yang mereka suka. Contohnya, ketika anak memainkan handphone lebih dari waktu yang anda tentukan maka anda akan mengambil handphone tersebut.
Berikan penguat dengan pujian atau hadiah ketika anak berhasil melakukannya. Dengan begitu anak akan semakin termotivasi untuk mengulangi perilakunya.
Cobalah untuk tetap bersikap tenang ketika anda mengajarkan konsekuensi kepada anak anda. Pilih konsekuensi yang realistis serta memiliki komitmen agar anak tidak bingung.
Tentu saja pembahasan mengenai anak tidaklah mudah. Berbagai hal dan faktor yang melatarbelakangi perilaku anak pun tetap harus diperhatikan. Namun, cara-cara tersebut dapat anda coba untuk menghindari memberikan hukuman yang dapat membekas pada diri anak.
Jika orang tua hanya memberikan hukuman tanpa penjelasan, anak akan cenderung tidak dapat memahami apa yang benar dan salah, serta tidak dapat menentukan pilihannya sendiri. Mereka hanya akan berpikir bahwa perilaku tersebut tidak disukai orang tua mereka.
Usahakan untuk mengambil waktu istirahat untuk diri sendiri sebab mengurus anak yang sedang aktif memang tidaklah mudah.
Sumber: