Oleh Tri Sulastri
Sahabat Asisya, pernahkah kalian mendengar teman kalian yang ingin menikah saja karena tidak ingin menanggung beban hidup? Atau mungkin kalian salah satunya?
Wah hati-hati Sahabat Asisya. Ada loh satu istilah yang menggambarkan kecenderungan yang ini. Tahukah kalian apa itu?
Istilah ini diambil dari salah satu dongeng yang menceritakan tentang gadis baik hati yang mengalami berbagai penyiksaan ketika tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya. Lalu kehidupannya berubah bahagia ketika bertemu seorang pangeran yang menemukan sepatu kacanya. Ya, kalian pasti tahu itu adalah dongeng Cinderella.
Kisah Cinderella digunakan oleh Colette Dowling untuk diperkenalkan sebagai sebuah istilah yaitu Cinderella Complex. Istilah ini mengacu pada kondisi ketergantungan psikologis perempuan yang memiliki keinginan mendalam untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain terutama laki-laki, serta keyakinan bahwa suatu dari luarlah yang akan menolongnya (Dowling, 1995; Zain, 2016).
Ketergantungan tersebut ditunjukkan dengan ketakutan akan kemandirian yang terkadang tidak disadari oleh perempuan itu sendiri. Cinderella Complex cenderung menyerang perempuan berusia enam belas tahun atau tujuh belas tahun, hingga kerap kali menghalangi mereka melanjutkan pendidikan. Selain itu, juga mempercepat pernikahan dini karena berpikir bahwa menikah adalah sebuah solusi ketidakberdayaannya. Bukan keputusan untuk menikah yang dianggap salah, namun keputusan untuk tidak mau berjuang dan memilih bersembunyi dibalik peran pernikahan-lah yang dikhawatirkan pada Cinderella Complex.
Hal ini pun bukan hanya dialami oleh anak-anak maupun remaja loh Sahabat Asisya, bahkan juga perempuan dewasa pun dapat mengalaminya. Ketergantungan pada perempuan dimana mereka tidak memperlihatkan gerak kemandiriannya semakin meningkat seiring bertambahnya usia (Elizabeth dan Douvan; Dowling, 1995; Hapsari, Mabruri, dan Hendriyani, 2014).
Tanda kamu mengalami Cinderella Complex
Tidak selalu Cinderella Complex dicirikan sebagai wanita manja bahkan perempuan yang tampak mandiri pun dapat mengalaminya. Meskipun tidak ada gejala khusus namun perempuan dengan Cinderella Complex umumnya mengalami kesulitan untuk menentukan keputusannya sendiri. Hal ini mengakibatkan ia bergantung pada keputusan atau pilihan pasangannya, hingga ia terbiasa menerima control terhadap dirinya sendiri dari luar.
Perempuan dengan Cinderella Complex pun seringkali merasa cemas saat memikirkan hidup sendirian, sulit mempertahankan suatu pekerjaan, dan menghindari tantangan. Ia pun kesulitan atau mungkin tidak mau keluar dari zona nyamannya. Seringkali mereka mengungkapkan secara langsung maupun tidak langsung bahwa mereka ingin diperhatikan. Dengan begitu, ia mengharapkan pasangan yang dapat menyelamatkan dirinya dengan melindungi dan menyediakan segala kebutuhannya.
Individu dengan Cinderella Complex akan berpengaruh terhadap cara berinteraksi dengan lingkungannya dan ketika menghadapi kesempatan untuk mengembangkan diri atau permasalahannya. Perempuan tersebut akan cenderung untuk tidak percaya pada kemampuannya sehingga tidak ingin mengembangkan potensinya.
Penyebab Cinderella Complex
Sudah dikatakan bahwa hampir semua perempuan pernah mengalami Cinderella Complex, namun apa saja sih yang memungkinkan Cinderella Complex ini terjadi? Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhinya:
- Pola asuh orang tua
Orang tua yang sangat over-protektif menyebabkan anak tidak dapat mengembangkan kemandiriannya hingga membuatnya ketergantungan dengan sikap mereka. Anak akan terbiasa diatur sedemikian rupa dalam berperilaku sehingga memungkinkan tidak dapat menentukan keputusannya sendiri. Bahkan, tak jarang orang tua yang mendorong anak laki-lakinya menjadi lebih mandiri daripada anak perempuannya.
- Kematangan kepribadian
Kematangan disebut sebagai proses mencapai kedewasaaan. Perempuan dengan kematangan kepribadian yang rendah tumbuh berdasarkan penilaian orang lain dan dipengaruhi lingkungan mengakibatkan perempuan mengalami kecenderungan Cinderella complex.
- Konsep diri
Konsep diri yang negatif akan membawa perempuan untuk menilai rendah dirinya. Hal ini mengakibatkan ia merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan orang lain dan sulit menerima dirinya secara apa adanya.
- Sosial-budaya
Norma dan nilai yang kental akan prinsip patriarkis membentuk stereotip dimana menempatkan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Nilai yang didukung oleh banyak masyarakat memungkinkan normalisasi akan stereotip tersebut terjadi hingga membatasi ruang gerak perempuan. Hal ini menyebabkan perempuan merasa rendah diri, tidak berdaya, bahkan membenarkan bahwa ia tidak bisa berdiri sendiri.
Adakah cara untuk mengatasinya?
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengenali dengan baik dirimu sendiri. Kenali apa saja yang menjadi kelebihan dan kekuranganmu serta sebesar apa ketakutan itu mempengaruhimu. Kamu pun bisa melakukannya dengan menulis jurnal tentang mimpi yang ingin kau raih dan realitas yang harus dihadapi.
Memperbanyak bacaan dan berbagi tentang perasaanmu dengan teman-teman disekitar dapat memberikan mu wawasan baru untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Mulailah merencanakan dari hal-hal kecil untuk perlahan meraih mimpimu. Tumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa kamu bisa menjadi lebih dari apa yang kamu bayangkan.
Orang tua pun dapat melakukan usaha untuk mengurangi kemungkinan Cinderella complex dengan memberi kepercayaan kepada anak. Mulailah untuk membimbing anak menentukan keputusannya sendiri dan mendorongnya untuk menjadi lebih mandiri. Dengan begitu, anak akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan berani untuk bertanggung jawab.
Perlu diingat bahwa Cinderella Complex ini belum bisa dianggap menjadi gangguan psikologis. Jika sikap ketergantungan yang kamu rasakan mulai mengganggu aktivitasmu dan hubunganmu dengan orang lain, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter atau psikolog. Ingat, self-diagnosis dapat berbahaya jika tanpa konsultasi ahli.
Sumber:
Hapsari, A.D., Mabruri, M. I., & Hendriyani, R. 2014. Cinderella Kompleks pada Mahasiswi di Universitas Negeri Semarang. Jurnal Developmental and Clinical Psychology, Vol. 3, No.1
Zain, T. S. 2016. Cinderella Complex dalam Perspektif Psikologi Perkembangan Sosial Emosi. Jurnal Indigenous, Vol. 1, No. 1, hal. 92-98.