Sumber: Freepik.com
Oleh Tri Sulastri
Kerja kelompok menjadi sebuah cara dalam melatih kerja sama tim. Namun tak jarang, kita menemukan hambatan-hambatan dalam mewujudkannya. Salah satu hambatannya adalah anggota tim yang tidak bekerja.
Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa tanggung jawab tersebar untuk semua anggota kelompok bukan hanya dirinya. Maka, ia hanya mengerahkan sedikit upaya untuk kelompoknya. Fenomena inilah yang disebut social loafing atau pemalasan sosial,
Apa itu social loafing?
Social loafing (pemalasan sosial) merupakan kecenderungan individu untuk memberikan usaha yang lebih sedikit dalam kelompok daripada bekerja secara individual (Myers, 2012; Pratama & Aulia, 2020). Studi mengenai sosial loafing pertama kali diperkenalkan oleh Ringelmann seorang psikolog di Jerman pada 1920-an.
Dalam penelitiannya, Ringelmann melakukan eksperimen dengan membagi 3 kelompok yang terdiri dari satu orang, 3 orang, dan 8 orang kemudian mengukurnya menggunakan strain gauge (alat untuk mengukur tekanan). Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja individu lebih besar dengan presentasi 93 persen, kelompok 3 orang 85 persen sementara kelompok 8 orang hanya 49 persen (Latane, Williams, Harkins, 1979).
Apa penyebab social loafing?
Social loafing terjadi sebab individu merasa bahwa usaha mereka tidak dapat dibedakan ketika berada dalam kelompok. Individu tersebut bisa bersembunyi di dalam kelompok dan menghindari konsekuensi dari kemalasan mereka.
Hasil kerja dalam kelompok tersebut akan dinilai sebagai hasil kerja kelompok daripada individu. Maka apresiasi dan kesalahan pun akan diberikan untuk keseluruhan kelompok. Individu dengan sikap ini biasanya merasa bahwa akan ada orang lain yang menyelesaikan tugasnya.
Hal ini tentu berbeda ketika mereka bekerja secara individu, yang berarti tanggung jawab dan penilaian untuknya sepenuhnya.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Beberapa penyebab lain social loafing adalah tidak adanya evaluasi untuk kontribusi individu dalam kelompok dan pembagian tugas yang tidak jelas.
Maka, cobalah untuk membuat pembagian tugas yang adil dan jelas. Tentukan deadline untuk masing-masing tugas sehingga tidak perlu menunggu untuk tugas yang lain.
Selain itu, buat evaluasi untuk masing-masing kinerja anggota kelompok. Berilah penguatan positif seperti mengucapkan terima kasih untuk setiap kontribusi. Anda juga bisa memberi saran dan kritik yang membangun. Dengan begitu, individu akan menyadari bahwa ia mempunyai tanggung jawab dan peran yang penting dalam kelompok.
Terakhir dan terpenting ialah menjaga komunikasi antar anggota tim agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Memiliki sikap social loafing dapat memberi dampak untuk kelompok dan dirinya sendiri. Bagi kelompok mereka akan kesulitan untuk mencapai tujuannya dan menurunkan kualitas kerja. Sementara bagi individu, social loafing dapat menghambat pengembangan kompetensi seperti kerja sama tim dan komunikasi interpersonal. Selain itu, individu dengan sikap ini sulit untuk mengembangkan empati serta menurunnya kredibilitas hingga kehilangan kepercayaan dari anggota tim.
Maka ingatlah Sahabat Asisya, tugas kelompok adalah tugas yang dikerjakan secara kolektif atau bersama. Maka cobalah berlatih dengan mengerjakan tugas dan tanggung jawab anda dengan baik.
Jika kamu memiliki pertanyaan lain mengenai perkembangan diri, kamu dapat menanyakannya pada konselor atau psikolog Asisya Consulting.
Sumber:
Latane, B. Williams, K., & Harkins, S. 1979. Many hands make light the work: The causes and consequences of social loafing. Journal of Personality and Social Psychology, 37 (6), 822-832. doi.org/10.1037/0022-3514.37.6.822.
Pratama, K.D & Aulia, F. 2020. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pemalasan Sosial (Social Loafing); Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4 (2), 1460-1468. doi.org/10.31004/jptam.v4i2.611.